Pertemuan tingkat tinggi regional asia pasifik yang membahas isu perkotaan dalam Asia Pacific Regional Meeting (APRM) for Habitat III telah berakhir. Perhelatan yang dilaksanakan selama 2 hari dan dihadiri oleh delegasi tingkat menteri atau yang mewakili negara-negara asia pasifik serta pemangku kepentingan lainnya seperti United Nation, kalangan professional, cendekiawan, sektor swasta, pemuda, dan masyarakat sipil tersebut secara resmi ditutup oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Taufik Widjoyono mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Jakarta (22/10).
Sebelum penutupan dilakukan pembacaan The Jakarta Declaration for Habitat III yang berjudul Sustainable Urbanization to Accelerate Development atau Urbanisasi Berkelanjutan untuk Mempercepat Pembangunan oleh Agustaviano Sofjan selaku Ketua Advisory Board APRM. Prinsip-prinsip dan rekomendasi yang ada dalam Deklarasi Jakarta tersebut akan menjadi masukan dalam pertemuan PrepCom III di Surabaya pada Juli 2016 dan akan dimasukkan kedalam penyusunan Agenda Baru Perkotaan pada pertemuan Habitat III di Quito, Ekuador pada Oktober tahun depan.
Berbagai isu perkotaan didorong untuk menjadi perhatian bersama diantaranya mendorong komitmen politik jangka panjang dalam pencapaian Sustainable Development Goals ke-11 dan SDG lainnya dengan pelaksanaan sebuah agenda perkotaan yang inklusif, aman, resilent, kota yang berkelanjutan dan permukiman.
Ditemui usai penutupan Taufik Widjoyono, mengatakan upaya pemerintah menata kawasan perkotaan kini harus dilakukan dengan paradigma baru yang tidak lagi memandang urbanisasi sebagai sebuah masalah, melainkan sebuah peluang dalam pembangunan. “Saat ini, masyarakat yang hidup di perkotaan mencapai 54 persen, Urbanisasi dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pusat pertumbuhan ekonomi baru." jelasnya. (Iwn)
Post a Comment