Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama dengan Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) saat ini tengah berupaya melakukan update data-data terkait kegempaaan. Pasalnya, Peta gempa (data sekunder) yang digunakan beberapa tahun belakangan ini disusun pada 2010.
Disatu sisi, data-data-data gempa terakhir intensitasnya cenderung semakin besar, kemajuan teknologi kegempaan juga berkembang dengan pesat. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah perlu melakukan update data-data yang telah dimiliki untuk disesuaikan dengan kondisi terkini melalui revisi Tim Gempa.
“Kita duduk bersama lagi untuk meng-update teknologi yang baru berikut data-data kegempaan. Kawan-kawan pagi ini menyusun Tim baru. Supaya disepakati bersama. Metode dan langkah kerjanya seperti apa nanti dibicarakan bersama,” ungkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto di sela-sela Rapat Koordinasi Pembahasan Peta Gempa, hari ini Selasa (8/9) di Jakarta.
Arie mengemukakan, agenda rapat hari ini adalah pertama membentuk dan menyusun Tim Revisi Peta Rawan Gempa yang baru. Kedua, menyusun monitoring perilaku Bendungan Jatigede, khususnya enjust water & quake.
“Semua gempa berpotensi, terlebih gempa yang dipicu akibat beban pengisian air pada waduk. Setidaknya dari hasil pengamatan ini nantinya dapat di share kepada para teknisi untuk panduan kegiatan serupa di tempat lain,” tutur Arie.
Menurutnya, dalam menghadapi terjadi gempa meski semua sudah diperhitungkan kita harus tetap hati-hati dengan melakukan pengamatan lebih detail. Tidak terkecuali langkah-langkah bila terjadi kemungkinan yang lebih buruk.
“Meski kita tidak pernah mengharapkan hal buruk terjadi. Namun, bila terjadi sesuatu. Setidaknya upaya yang harus dilakukan dapat diketahui. Oleh Karena itu, peta gempa sangat diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gempa yang datangnya terkadang secara mendadak,” tambah Arie.
Dalam kesempatan dialog, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menekankan, mengingat teknologi selalu berkembang, bangunan Infrastruktur ke PU – an mengikuti khususnya, bangunan gedung, bendungan, dam dan bidang perumahan sangat memerlukan teknologi. Sejalan dengan itu, Menteri Basuki menghimbau agar Tim yang berkompeten harus aware. Begitu pula datanya juga harus lebih lengkap. Sehingga infrastruktur yang terbangun akan lebih kuat dan lebih handal.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI), Masyur Irsyam menjelaskan, dengan berkaca pada kejadian gempa yang terjadi di Jepang dimana prediksi kekuatan gempa melebihi diatas yang direncanakan. Belajar dari pengalaman itu, maka keberadaan peta gempa amatlah penting khususnya dalam memandu memberikan perlindungan pada daerah yang lebih aman. Dia berharap perlu kiranya 3 – 5 tahun data gempa di update terus.
Pada dasarnya gempa terjadi akibat goyangan pada lapisan batuan dasar. Sejalan dengan itu, maka Tim Teknis yang terdiri dari 55 dari berbagai komponen perlu difasilitasi dalam kegiatan seperti rapat, workshop. Dengan pola ini diharapkan akan menghasilkan karya antara lan peta digital sesar aktif, penentuan mekanisme focus gaya tidak terjadi dan evaluasi dan analisa distance ceofficeent. Selain itu, dari kegiatan Input Data akan terbentuk Pokja Geologi, Geoldesi, Seismologi pemutahiran data.
Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 pernah sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Infrastruktur Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif. Pencegahan kerusakan akibat gerakan tanah dapat dilakukan melalui proses perencanaan dan konstruksi yang baik dan dengan memperhitungkan suatu tingkat beban gempa rencana. Salah satu cara untuk mengurangi dampak bencana gempa adalah dengan menyiapkan standar perencana an infrastruktur tahan gempa dan menerapkannya pada prasarana yang dibangun di Indonesia. (Sony)
Biro Komunikasi Publik