Pembangunan infrastuktur di Indonesia dinilai masih belum memberikan nilai tambah pada industri pariwisata secara optimal. “Hal itu dapat dilihat dari survey World Economic Forum (Travel and Tourism Competitiveness Report)bahwa posisi pariwisata Indonesia berada di ranking 11 secara regional, namun daya dukung infrastrukturnya masih belum optimal dengan rangking yang berada di 111,” ungkap Faisal Basri, Ekonom UI saat berbicara dalam diskusi panel yang digelar Harian Umum Kompas di Jakarta, Senin, (26/10).
Kondisi tersebut, ujar Faisal, artinya pembangunan infrastuktur di Indonesia saat ini belum mampu mengangkat secara signifikan terhadap sektor pariwisata. “Ini kan kondisi yang kurang menggembirakan, Tuhan telah mengkaruniakan keindahan alam yang begitu luar biasa, namun daya dukung yang diberikan pemerintah negeri ini belum optimal,” papar Faisal.
Ia mengatakan, akses yang belum memadai terhadap tempat-tempat yang indah tentu berpengaruh banyak terhadap tingkat kunjungan. “Iya kalau akses untuk menuju lokasi wisata kurang memadai, akan membuat calon wisatawan kurang bersemangat,” terangnya.
Dengan begitu, Faisal menyatakan, pihaknya mendorong pemerintah agar terus melakukan percepatan pembangunan infrastuktur, agar keberadaannya bisa semakin mengangkat perekonomian.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Dr. Ir. A. Hermanto Dardak, M. Si mengakui, saat ini masih banyak tantangan dalam pembangunan infrastuktur di Indonesia. “Berbagai tantangan itu perlu diatasi dengan intervensi dari pemerintah melalui perencanaan yang terpadu dan terintegrasi,” papar Dardak.
“Saat ini kami tengah menerapkan pola pengembangan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) sebagai basis perencanaan keterpaduan infrastruktur di Indonesia, termasuk keterpaduan pengembangan infrastruktur sumber daya air (SDA) yang mendukung lumbung pangan atau keterpaduan terhadap kota-kota dan lainnya,” terang Dardak. Ia menambahkan, dalam pola ini wilayah di Indonesia dibagi menjadi 35 WPS.
Dalam konsep pengembangan WPS, lanjut Dardak, terdapat pengembangan keterpaduan terhadap pelabuhan dalam rangka pengembangan Tol Laut, pengembangan kawasan strategis pariwisata, pengembangan kawasan industri. “Salah satu pengembangan kawasan strategis pariwisata adalah pada tahun 2015 ini, kami membangun jalan nasional untuk daerah pariwisata Wakatobi untuk mempermudah pengunjung menuju kesana,” lanjut Dardak.
Dalam mendukung keunggulan dan pertumbuhan ekonomi, lanjutnya, secara umum pihaknya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur. Seperti pembangunan jalan. Ia meyakini, jalan merupakan salah satu instrumen infrastruktur yang menjadi faktor pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.
Menurutnya, demi mendapat keunggulan dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini pembangunan jalan senantiasa mendapat perhatian serius pemerintah. Terbukti, lanjutnya, saat ini pemerintah tengah menggenjot pembangunanexpress way atau jalan lintas cepat di kawasan Sumatera yang merupakan salah satu bagian dari ASEAN highway.
“Untuk pembangunan infrastruktur jalan dan secara umum infrastruktur lainnya, kita memang berharap BUMN dapat memainkan peran pentingnya, sehingga ke depan itu ada sumbangsih yang lebih optimal kepada negara berkat pembangunan infrastuktur," terang Dardak.
Hadir para pakar dalam diskusi yang mengambil tema “Ekonomi Indonesia 2016 dalam Situasi Normal Baru dengan Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas” tersebut, yakni Rheinald Kasali, ekonom yang sekaligus sebagai moderator diskusi, Faisal Basri (Ekonom UI), Juda Agung (Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia), Ari Kuncoro (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UI), Denni Puspa Purbasari (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UGM), Dwi Andreas (Guru Besar Pangan, IPB), serta Kepala BPIW, A. Hermanto Dardak. (humasbpiw/ini)