Ambon - Gempa berkekuatan 5,3 SR yang mengguncang Kota Ambon Rabu (29/12) menyebabkan tertundanya penyambungan bentang tengah Jembatan Merah Putih (JMP). Semula penyambungan segmen terakhir JMP akan dilakukan pada malam pergantian tahun.
Gempa yang terjadi telah menyebabkan bergesernya lantai (deck) jembatan pada pilon 1 dan pilon 2 sehingga Pekerjaan penyambungan segmen akhir menjadi tertunda sekitar 1 - 2 minggu ke depan .
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono didampingi Gubernur Maluku Said Assagaff saat meninjau proyek JMP, Kamis (31/12) mengakui telah terjadi pergeseran terhadap deck jembatan pada bentang tengah sekitar 9 cm. Meski pekerjaan mundur namun Basuki menjamin tidak akan berpengaruh pada pendanaan.
Basuki Hadimuljono menegaskan pihaknya akan berupaya agar proyek JMP dapat rampung akhir Januari 2016 dan pada pertengahan Februari bisa beroperasi.
Sejalan hal itu, Basuki meminta kepada pihak kontraktor agar tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam menangani proyek ini. Ditegaskan, menggarap jembatan sama halnya dengan membangun bendungan besar. Artinya, faktor gempa sudah pasti diperhitungkan di dalamnya.
"Disamping itu bangunan seperti Jembatan dan juga bendungan selalu dilakukan pengecekan ulang oleh Komisi Keamanan Bendungan atau Komisi Keamanan Jembatan guna memastikan tingkat keamanannya,' tegas Basuki Hadimuljono.
Menurut Basuki, setiap mengerjakan proyek jembatan atau bendungan besar sudah pasti diprediksikan keamanannya dari kemungkinan bila terjadi gempa. Sehingga saat dioperasikan kelak, dipastikan tingkat keamanan dan kehandalannya terjaga. Bahkan infrastruktur ini pasca terjadi gempa dilakukan kajian ulang atau diteliti untuk memastikan keamanan bangunan tersebut.
"Kami lebih memilih safety ketimbang harus dipaksakan cepat selesai namun berisiko tinggi,," tuturnya didampingi Dirjen Bina Marga Hediyanto W. Husaini dan Direktur Jembatan Heddy Rahadian serta Kepala Balai Pelaksana Jalan Nadional (BPJN) lX Amran Mustari.
Sementara itu Gubernur Maluku Said Assagaff mengatakan keberadaan jembatan sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian di Maluku.
Jembatan Merah Putih yang membentang di Teluk Dalam Pulau Ambon menghubungkan Desa Rumah Tiga/Poka, Kecamatan Sirimau pada sisi utara dan Desa Hative Kecil/Galala, Kecamatan Teluk Ambon pada sisi selatan. Jembatan ini nantinya akan menjadi icon Kota Ambon dan merupakan bangunan kebanggaan Masyarakat Maluku.
Pembangunan Jembatan Merah Putih bertujuan untuk menunjang pengembangan fungsi kawasan di Teluk Ambon sesuai dengan Tata Ruang Kota Ambon, dimana Poka-Rumah Tiga sebagai kawasan pendidikan dan Durian Patah-Telaga Kodok sebagai kawasan Permukiman.
Jembatan ini juga berfungsi menunjang sistem jaringan jalan yang telah ada khususnya pada Jazirah Leihitu.
Jembatan Merah Putih diharapkan dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari kota Ambon menuju Bandara Pattimura yang berkisar 35 Km dan sebaliknya, sehingga biaya operasi kendaraan dapat berkurang.
Selama ini harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal penyeberangan (ferry) antara Poka dan Galala dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, ditambah waktu antri.
Secara teknis, panjang jembatan tersebut adalah 1.140 m yang terbagi ke dalam tiga bagian yaitu: Jembatan Pendekat di sisi Desa Poka sepanjang 520 m, Jembatan Pendekat di sisi Desa Galala sepanjang 320 m, dan jembatan utama sepanjang 300 m yang merupakan tipe jembatan khusus, sistem beruji kabel atau cable stayed, dengan jarak antar pilon sepanjang 150 m.
Jembatan Merah Putih ini dimulai pembangunannya sejak tanggal 17 Juli 2011 dan membutuhkan total biaya sebesar Rp. 772,9 Miliar. Dana tersebut termasuk biaya untuk pembangunan bangunan pelengkap yaitu Underpass Jalan Sudirman sebagai tempat berputar kendaraan yang dari dan menuju ke Jembatan Merah Putih. (sony)
Post a Comment